Breaking News

Inspeksi Kebun Rambutan: Lahan Penantian

Appraisal Akhir Jaman


Kali ini saya ingin berbagi sebuah kisah tentang pengalaman saya saat melakukan inspeksi lapangan untuk penilaian lahan kebun. Siapa sangka, kebun itu tidak seperti yang saya bayangkan!

Jadi, ceritanya, setelah menerima berkas dokumen legalitas dan catatan detail lainnya, saya menemukan satu lembar tambahan yang menyatakan bahwa lahan tersebut dipenuhi dengan ratusan pohon rambutan. "Wah, kesempatan langka!" pikir saya. Dalam benak saya terbayang bagaimana serunya menghitung jumlah pohon rambutan ini. Jadi, saya pun mempersiapkan segala perlengkapan, mulai dari alat penanda pohon, alat hitung, hingga pakaian yang tepat untuk bertempur di 'kebun' rambutan ini.

Begitu semua terlanjur siap, kami meluncur menuju lokasi yang ditentukan. Dengan semangat yang membara, kami mengikuti GPS dan koordinat yang tertera di sertifikat. Namun, setibanya di lokasi, kami mulai merasa bingung. "Apakah ini benar tempatnya?" tanya saya kepada rekan-rekan sambil melihat sekeliling yang... kosong melompong.

Kami pun melakukan pengecekan ulang. Koordinatnya benar, tetapi dimana ratusan pohon rambutan yang dijanjikan? Dengan semangat ‘bodo amat’, kami bertanya kepada pendamping lokasi, "Pak, mana pohon rambutan yang dimaksud? Di catatan tertulis ada ratusan pohon rambutan?" 

Sambil terkejut, si bapak pendamping menunjuk ke arah rekan kami yang lain. "Mas, mas, itu bibit rambutan! Jangan diinjak-injak!" Umpatan spontan pun tidak terhindarkan. Weitt! Ternyata, bibit rambutan berukuran 20 cm itu tak lebih dari semak-semak kecil yang siap tumbuh.

Dengan penuh rasa malu dan geli, saya bertanya, "Jadi bukan pohon rambutan ya, Pak?" Bapak itu pun menjawab santai, "Bibit, Pak. Mungkin ini salah tulis di dokumen." Ah, sial! Saya baru saja hampir menginjak ‘pohon’ rambutan yang statusnya masih 'bayi.'

Akhirnya, kami terpaksa melakukan penilaian layaknya lahan kosong dan menyadari bahwa lahan kosong tanpa pohon rambutan ini hanya akan menjadi lahan yang lebih kosong. Sepertinya, penilaian ini bukan untuk kebun, tetapi lebih tepatnya untuk sebuah lahan penantian... Penantian bibit rambutan untuk tumbuh dan berbuah!

Kisah ini menjadi pengingat bagi saya bahwa tidak semua yang ditulis di dokumen harus ditanggapi dengan serius, terutama jika menyangkut rambutan. Kecuali kalau Anda beruntung untuk mendapatkan kebun rambutan lengkap dengan pohon-pohon rimbun. Semoga pengalaman ini bisa menghibur sekaligus membuat Anda lebih waspada saat membaca catatan-catatan penting di lapangan. 

Selamat berpetualang, rekan-rekan!

(asdf/24)

Tidak ada komentar